Ujungan
Kali ini saya akan menceritakan Kesenian Desa Gumelem . Biasanya kesenian ini di lakukan di lapangan setempat.
Tradisi ujungan adalah tradisi yang di lakukan oleh
masyarakat Jawa Tengah Dan Jawa Barat. Tradisi ini merupakan tradisi untuk
memohon kepada Allah untuk mendapatkan hujan yang dilakukan oleh sepasang
laki-laki dewasa dengan menggunakan peralatan berupa sebilah rotan sebagai alat
pemukulnya. Ritual yang dipimpin oleh seorang Wlandang (wasit) ini, biasanya diselenggarakan pada saat
musim kemarau panjang. Pada musim ini para petani sangat membutuhkan air untuk
mengairi sawah-sawahnya dan juga untuk memberi minum binatang ternak piaraannya
seperti sapi, kerbau, kambing, dan lain sebagainya.
Konon,
untuk mempercepat datangnya hujan, pemain Ujungan harus memperbanyak pukulan kepada lawannya hingga
mengeluarkan darah. Dengan semakin banyaknya darah yang keluar akibat pukulan,
maka semakin cepat pula hujan akan turun. Tradisi yang diselenggarakan
pada mangsa kapat (keempat)
dan kamo (kelima) di
musim kemarau ini, pesertanya adalah orang laki-laki dewasa yang memiliki
kemampuan menahan rasa sakit akibat pukulan rotan maupun menahan sakit saat
terjadi benturan dengan lawan.
Seiring
dengan berjalannya waktu, tradisi
Ujungan kini hanya berkembang sebagai seni pertunjukan hiburan biasa.
Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan peraturan permainan Ujungan masih tetap
mengacu pada Ujungan zaman awal munculnya tradisi ini, baik rotan yang dipakai
sebagai alat pukul maupun Wlandang pertunjukan.
Rotan yang dipakai harus memiliki tingkat kelenturan yang cukup baik, dengan
panjang sekitar 40.125 cm dan diameter sekitar 1,5 cm. Ketentuan rotan yang
dipersyaratkan seperti ini bertujuan untuk mengurangi rasa pedih bila
disabetkan ke tubuh. Sedangkan seorang Wlandang harus memiliki keterampilan ilmu beladiri yang
tinggi. Hal ini dimaksudkan agar apabila suatu saat salah satu pemain Ujungan
tidak puas dengan hasil keputusan wasit dan mencoba untuk melawan wasit, maka
wasit harus berani menerima tantangan itu.
Ritual Tradisi Ujungan terdapat di Kecamatan Susukan,
Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Ujungan merupakan ritual tradisi yang
menggabungkan tiga jenis seni, yaitu seni musik (Sampyong), seni
tari-silat (Uncul), dan seni bela diri tongkat (Ujungan). Keistimewaan lain yang
terdapat pada Tradisi Ujungan ialah terdapatnya sikap menjunjung tinggi nilai
sportivitas, persaudaraan, rasa nasionalisme, dan semangat patriotisme sebagai
generasi penerus bangsa.
Asal Usul Ujungan
Pada zaman kedemangan gumelem terjadi musim kemarau yang
sangat panjang.
Warga sangat kesusahan
mencari air, tetapi ada 2 orang warga menemukan sebuah mata air,
Yang diberinama MADU RASA.
Disana mereka berebut air, yang satu minta dialirkan ke
sawah utara, sedangkan yang satu minta dialirkan ke sawah selatan.
Lalu mereka berkelahi
menggunakan rotan, sampai ada orang yang melihatnya ia bernama SINGAKERTI.
Ia melihat kedua orang itu
berkelahi, hingga kaki mereka mengeluarkan darah, dan SINGAKERTI pun melerai
mereka.
Tetapi
setelah itu turun hujan deras, sehingga mereka semua sangat bahagia, SINGAKERTI
pun mempunyai ide, agar musim kemarau berakhir, SINGAKERTI pun meminta para
pemuda beradu pukul menggunakan rotan jika musim kemarau terjadi.
Warga
memberi nama peristiwa ini dengan Ujungan.
Ujungan berasal dari kata
mujung yang berarti mencari hujan.
Dan sampai sekarang di
desa GUMELEM jika terjadi musim kemarau, warga mengadakan ujungan.
Ujungan diadakan sebagai
permohonan kepada Allah untuk mendapatkan hujan.
0 komentar:
Posting Komentar